Senin, 18 Februari 2008

Arsitektur dekonstruksi

Deconstructivism, atau deconstructivist architecture atau yang lazim disebut dekonstruksi hadir pada tahun 1970an melengkapi berbagai langgam arsitektur yang masuk dalam postmodernism atau langgam post-modern.

Arsitektur dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain

Arsitektur dekonstruksi juga telah menggariskan beberapa prinsip penting mengenai arsitektur:

  1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

  1. Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.

  1. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman pandangan dan tata nilai.

  1. Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan pula secara seimbang.


Dekonstruksi dalam desain

Arsitektur modern seringkali menyebut dirinya sebagai arsitektur yang paling rasional, arsitektur yang paling memiliki teknologi tinggi, dan arsitektur yang memiliki sistem fungional yang sempurna sehingga pada waktu itu tidak ada alternatif pemikiran lain di dalam arsitektur selain ‘berpikir monoton’ seperti halnya paham fungsional yang dimiliki oleh arsitektur modern.

Pengaruh dari suatu fenomena dari fungsi-fungsi yang dijanjikan dapat dirasakan pada bentukan yang terjadi, sehingga menghasilkan bentukan-bentukan yang tidak berkembang, seperti desain yang penuh dengan ‘kotak-kotak’ sederhana.

Makin lama keadaan ini menimbulkan kejenuhan, sehingga mulai timbul konflik penyangkalan dan usaha-usaha untuk keluar dari ‘jalur’ yang ada.

Dekonstruksi merupakan salah satu jalan keluar yang patut dipertimbangkan dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari kejenuhan akan arsitektur modern.

Sehingga dapat dihasilkan pemahaman dan perspektif baru tentang arsitektur.

Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri 3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

Penggunakan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.

Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang simpang siur.

Pada arsitektur dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah:

a. unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.

b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.

Arsitektur dekonstruksi tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."


Pelaksana arsitektur dekonstruksi


Kejenuhan terhadap ke’monoton’an mampu mengusik beberapa arsitek . Sehingga beberapa arsitek mulai membuat karya mutakhir yang desebut arsitektur dekonstruksi. Seperti yang dilakukan Peter Eisenman dengan koleganya Richard Meier pada thun 1970an. Beberapa bangunanpun sudah dianggap menjadi icon dari arsitektur dekonstruksi.

Seiring perkembangan arsitektur dekonstruksi, makin berkembang pula arsitek-arsitek yang menghasilkan karya karya yang luar biasa.

Diantara dari mereka adalah Frank O. Gehry, Zaha Hadid, Morphosis, Bernard Tschumi, Daniel Libeskind, Michael Soekin, Coop Himmelbau, Gunter Behnisch, Lebbeus Woods, Kazuo Shinohara.


Arsitektur Dekonstruksi dalam bangunan


Beberapa karya besar dari arsitek-arsitek yang menjunjung langgam dekonstruksi dapat dilihat pada uraian berikut.


  • VILA OLIMPICA HOTEL ARTS

Arsitek : Frank O. Gehry

Lokasi : Barcelona, Spanyol













The Vila Olimpica Hotel Arts berlokasi di Olympic Village yang memiliki luas 150.000 square feet. Dengan waktu pelaksanaan yang cukup lama (1989-1992), bangunan ini menjadi sebuah karya yang unik.

Dengan menampilkan bentukan – bentukan trimatra , bangunan yang merupakan transformasi dari bentuk ikan yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi sepanjang 54 meter dengan ketinggian 35 meter. Dengan bentukan dan dimensi seperti ini, bangunan ini menjadi landmark bagi daerah sekitar.

Bangunan ini memamerkan penonjolan konstruksi yang mutakhir sebagai daya tarik yang menjadikan bangunan ini lebih hidup dan berirama. Pengkomunikasian antara hasil teknologi dan pemilihan bahan mampu berperan dalam meningkatkan elemen – elemen artistic dan estetik yang dominan pada bangunan ini.

Selain unsur –unsur yang lepas dari keteraturan, masih dapat kita amati bagian – bagian yang tak lepas dari ‘peninggalan’ pendahulunya, yaitu arsitektur modern. Hal ini nampak pada hadirnya unsur – unsur geometris yang terdapat pada sisi podium.

Sehingga dapat kita amati bagaimana arsitek melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya, langkah – langkah apa yang menjadi pemikiran arsitek sebelum masuk kedalam dekonstruksi.


  • DENVER ART MUSEUM

Arsitek : Daniel Libeskind

Lokasi : Denver, Colorado – USA










Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 146.000 square feet dan menjadi bangunan yang memiliki konstruksi paling unik bagi lingkungan sekitarnya.

Hal yang pertama kali nampak pada bangunan ini adalah proyeksi trimatra yang nampak kontras namun menjadikan bangunan ini lebih berirama.










Bentukan yang penuh dengan bidang mencuat yang dikantilever menjadi daya tarik utama dari bangunan ini. Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu alam dianggap menambah sifat artistic dari bangunan ini.













Untuk dapat menghasilkan bentukan seperti ini tentunya juga mengandalkan kemampuan teknologi dan pemilihan bahan yang tepat dan memiliki spesifikasi yang tepat dan tentunya berkualitas tinggi.












Bangunan ini lebih cenderung mencerminkan ‘massa’ daripada ‘ruang’ yang ada didalamnya.

Sehingga eksprisi sang arsitek dapat dituangkan secara lugas tanpa ada batasan apapun.


  • VITRA INTERNATIONAL HEADQUARTERS

Arsitek : Frank O. Gehry

Lokasi : Basel, Switzerland













Bangunan ini berlokasi didaerah sub-urban di luar kota Basel yang dipenuhi oleh bangunan industri seperti pabrik serta apartment yang diperuntukkan sebagai pelengkap daerah baru yang sedang berkembang.

Sebagai bangunan yang berlokasi di daerah yang sedang berkembang, maka diperlukan hal – hal yang mampu menjadi daya tarik bagi keperluan komersial bangunan itu sendiri, terlebih bangunan ini juga diperuntukkan sebagai bangunan industri.


Karenanya pada bangunan ini, unsur ‘ruang’ masih diperhatikan dalam penggarapan desainnya, sehingga muncul bentukan yang lebih ‘sederhana’ jika dibandingkan dengan contoh kasus pada Denver Art Museum pada pembahasan sebelumnya. Bangunan ini nampak memperatahankan bentukan geometrisnya .

Meskipun bentukan yang terjadi lebih sederhana, namun tidak mengurangi eksistensi bangunan sebagai bagian dari arsitektur dekonstruksi. Permainan bidang masih menjadi unsur penangkap bagi eksistensi tersebut .

Unsur penangkap lain dapat dihadirkan dari permainan penggunaan bahan pada fasade eksterior bangunan. Nampak penggunaan metal dan permainan warna menjadi daya tarik dari bangunan ini.


  • THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:

The Power and The Freedom

Arsitek : Coop Himmelbau

Lokasi : Forum Arteplage Biel, Switzerland












Menara-menara ini merupakan simbolisasi dari kekuatan dan kebebasan, disusun perbagian hanya dalam jangka waktu sebulan.

Desain konsep berorientasi pada konstruksi urban yang memberi kesan ringan namun kokoh.














Buah karya Wolf D. Prix, Helmut Swiczinsky and partner ini dibuat untuk keperluan The 6th Swiss National Exhibition tanggal 15 May 2002 hingga 20 October 2002. Dengan bentukan seperti ini nampak jelas bahwa bangunan ini mampu menjadi landmark yang memancarkan power dan kebebasan penuh.










Dapat dilihat bahwa bangunan ini sangat berani dalam permainan olahan bentuk, baik permainan bidang, garis dan massa. Permainan sense indera yang tidak hanya terpaku pada segi visual juga berperan dalam peletakan massa dan penggabungan massa menjadi nilai tambah yang pantas diperhitungkan.

Merupakan proyeksi karya 3 dimensi yang murni, tidak tampak seperti hanya sebuah kotak persegi namun lebih terlihat hidup dan berirama.







Bangunan ini sepenuhnya merupakan penuangan dari kreativitas tim arsitek sehingga nampak ‘lepas’ tanpa adanya batasan.











Estetika arsitekturalnya nampak pada pemanfaatan kecanggihan teknologi dan pemilihan bahan yang memiliki spesifikasi yang tepat sehingga dapat mendukung tampilan fisik bangunan.

Ketepatan menggunakan baja sebagai rangka yang di tutup oleh kaca dan terekspos pada malam hari akibat dari pendaran lampu makin menambah eksistensi bangunan ini.








tampak bangunan









site plan










potongan



  • DER NEUE ZOLLHOF

Arsitek : Frank O. Gehry

Lokasi : Dusseldorf, Germany











Bangunan ini berlokasi di tepi sungai Rheine di daerah publik yang berskala urban. Menempati lahan seluas 28.000 meter persegi menjadikan kompleks bangunan ini mampu menghadirkan sesuatu tanpa memikirkan keterbatasan ruang.

Letaknya yang berada di tepi dermaga sungai menjadi nilai tambah karena memungkinkan terbentuknya open space di bagian muka kompleks bangunan yang membuat perpaduan visualisasi bentuk bangunan terekam dengan komposisi yang baik.

Desain ketiga bangunan ini nampak berorientasi kepada ‘ruang’ didalamnya mengingat fungsi bangunan.

Namun batasan tersebut tidak lantas membatasi bentukan yang terjadi. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur dekonstruksi masih nampak jelas .









Ketiga bangunan ini memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya , namun tetap memberikan kesan dinamis pada kesatuannya.


Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi bangunan ini sebagai bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak nyata. Permainan bidang – bidang menjadi salah satu pemicunya.

















Selain permainan bidang – bidang geometris , permainan kecangihan teknologi konstruksi juga ditonjolkan dalam desain pada bangunan ini.

Hal ini ditunjang dengan pemanfaatan material yang tepat sehingga menunjang kesan yang hadir .


Penutup

Setelah melihat pembahasan dari contoh diatas, jelas bahwa arsitektur dekonstruksi menghembuskan kesegaran dengan menunjukkan eksistensinya sebagai alternatif pemikiran lain .

Namun hal ini tidak berhenti sampai disini dan menganggap dekonstruksi sebagai puncak dari kesempurnaan dalam desain arsitektur sehingga tidak menutup untuk munculnya langgam – langgam baru yang merupakan sanggahan , pembetulan , perkembangan , bahkan penolakan dari arsitektur dekonstruksi.